Kamis, 17 Desember 2009

SIGURA-GURA

Air itu telah tercurah, sayangku
Betapapun kau bendung
Ia menyesak,
melesak
Sekarang tak ada lagi kata kompromi

Saluran yang kita bina
Penuh air berkejaran riang
turbin hati tak henti berputar
Bangkitlah listrik bolak balik
Kau aku
Mari jaga bukit tetap menghijau
Hingga tak ada limpahan
air meresap
Bermukim di relungnya
Tumbuh mata air abadi
Seperti air
Cinta tak putus dicencang
Setia mengalir
Segarkan bukit merindang
Mengukir takdir
Benderang tiap pematang
___________________________
@ Melva, Desember 09

Rabu, 16 Desember 2009

MENDUNG DI ATAS MANINJAU

: Bu Hj. ELMITA, MAYANG TAURAI
PROLOG

Cinta, ya cinta
kekuatan tiada tara
dara terpikat, lajang tertambat
campuh dalam kecamuk rasa
ikrar padu menyebar hasrat
:MAYANG TAURAI.

# 1: Sebotol Air Mineral, Sebuah Jeruk
Ibu muda langkah tak jejak
lompat galah loncat pagar
lapar di pusat pasar
cekal diri curangi bekal
percaya rezeki dari ilahi
percayakan pada teguk ketegaran
percayakan pada ulas asam kehidupan,
percaya hidup kehidupan pada ikan hidup
sepanjang hari, setiap hari

# 2: Dari Maninjau Hingga Muaro
Dari 4 lubang hingga 400 karamba
dari L-300 sewa,
hingga-puluhan colt PS dan 3 intercooler
30 ton pakan perhari
8 ton ikan ke sumbagut
cukup dari 1 hp
cukup kalkulator kecil
cukup karyawan sudah anak sendiri

# 3: Jangan Datang Bawa Tangan Saja
Seperti air danau beriak,
namun ia tak suka teriak
tidak, ketika dicurangi
ketika koi herpes tak sisakan barang seekor
juga tidak atas tulah dan hujah
bangkit berdiri sendiri
hanya,
saat petinggi Jakarta datang tangan hampa
ia kecewa
:"Bawakan apalah, ikan megap bantulah
Tetap kita bayar, hanya bantu berpikir"

# 4: Sekali Ibu tetap Ibu
Ibu tua perkasa
bekas sayat bedah di kepala
tak percaya vonis mati
tetap menumpang di truk sendiri
empat mobil keluaran terbaru pada empat anak
tetap sumringah puji anak
bangga
sarjana, pegawai negeri
: "masih Ibu subsidi!"

EPILOG

Cinta, ya cinta
kekuatan tiada tara
dara hingga ibu tua;
mayang telah terurai
menguning menanti kering
namun cinta selalu ada
butir air mata menjadi berlian
gores kelopak dan biji mata
_________________________
@ Melva, 09 Desember 2009

Senin, 14 Desember 2009

Walau Tak Satu

petang yang meradang
nyanyikan gemericik lantunan hujan
dan desah tanah basah
siratkan jiwajiwa yang gelisah..

pada bumi dan rendahnya
ku coba balut setiap luka yang menganga
dan sadarkan ku..
akan tingginya asa yang tak mampu ku raba

pada langit dan tingginya
ku ingin redam setiap getir yang memetir
lalu sadarkan ku..
akan rendahnya rasa bila bersanding denganmu

wahai hujan..
biarlah langit dan bumi tetap seperti adanya
seperti saat langit menangis
lalu bumi ada untuk mengeringkan air matanya

selalu, walau tak pernah satu..