Selasa, 15 September 2009

Damai Dalam Kelam


Masih kutelusuri perjalanan hari
Meniti detak tiap hembusan nafas
Ku tilik setiap sudut yang kini makin menyudutkanku
Apa yang salah pada hidupku ?

Jika indah itu tak juga menghampiriku
Tak layakkah aku untuk sekedar tersenyum
Seperti taburan gemintang para bintang
Selalu merasakan senyum bulan sabit

Sudut hidup ini makin menyudutkanku
Kian berjabat erat dalam harmoni jiwa
Mengendap resah di tiap palung asa
Memaksaku selalu berdamai bersama kelam

Nafas terasa sesak menjejaki dunia
Jiwa terhempas bagai pengelana maya
Menyusuri lorong-lorong hitam
Membungkus hati seelok nestapa

Haruskah aku berdamai bersama kelam
;Saat hela nafasku tak lagi panjang
;Saat nanar mataku bagai cambukan
;Dan liukan jemariku menjadi sayatan

Tenggelam laraku semakin dalam
Meledakkan palung hampa seonggok jiwa
Terpecah bagai kepingan puzzle yang kau mainkan
Berhamburan menyeset ari kulit hati

Pada puing-puing, satu-satu ku punguti
Ku rangkai lagi menjelma sebuah hati
Asal Kau tak murka pada pengembaraanku
Ku kan tetap terima, menikmati semuanya..

Akh, damaiku dalam kelam..


Mengapa Cinta Datang (Our Song)





(P)
E C
Lelah namun tak mampu berhenti
Am D
Mencintamu meski menyakitkan hati
E C
Entah apa hebatnya dirimu
Am D
Hingga ku tak mampu palingkan hatiku
Bm E
Walau sekejap saja ku tak bisa
(L)
Maaf ku telah melukaimu
Sungguh kau tak sanggup untuk ku duakan
Cinta yang kini memasung hatiku
Takkan mungkin bisa untuk ku lepaskan
Meski kau pun ku inginkan

Reff:
(LP)
F D
Mengapa cinta datang saat ini
E C
Mengapa saat ku tak lagi sendiri
D Bm E
Mengapa cinta harus datang bila tak bisa memiliki
(LP)
Haruskah selamanya bertahan
Bercinta dalam ke abu-abuan
Atau meski perih cinta ini kita relakan..



Senin, 14 September 2009

Persahabatan Kita (our song)






zwani.com myspace graphic comments



Kau mengenalku melebihi kekasihku
Kau mengertiku lebih dari diriku sendiri
Rela kau habiskan banyak waktu untuk temani aku
Tak bosan kau dengarkan semua ceritaku

Kau mengenalku melebihi kekasihku
Kau mengertiku lebih dari diriku sendiri
Rela kau biarkan bahumu untuk tempat bersandarku
Dan biarkan aku menangis dipelukanmu

Dan tak pernah terbayangkan
Bila aku harus kehilangan..
Dan tak mungkin ku bertahan
Bila aku harus kehilangan.. teman sepertimu.









Untuk Bidadari Berujud Perempuan








bukan sajak yang aku tuliskan
hanya seberkas sesal tak terucapkan
untuk perempuan yang mengaku dirinya malang
untuk bidadari yang merasa terbuang


bukan sajak yang aku tuliskan
hanya pengakuan yang tertahan
lama terkubur dalam keangkuhan
yang terlewat karena kebodohan

aku, pengembara yang berpetualang
langkahku jauh untuk kesempurnaan
hingga terlewat indah didepan mata
terlambat sudah untuk menjamahnya

bukan biduk yang tertambat di lain hati
namun terlanjur karam, lalu terdampar
bukan burung hingap di satu dahan
namun patah sayapnya hingga tak kuasa terbang

terlalu lelah untuk berbalik arah
sedang waktu tak mau mengalah
dia angkuh tak mengaku salah
meski berulangkali kusalahkan

bukan sajak yang aku tuliskan
hanya maaf yang aku hantarkan
untuk bidadari berujud perempuan
yang tak pantas malang,apalagi terbuang.






Selasa, 08 September 2009

Kau Dimana ?



Waktu kian merambat pasti
Lewati sejuknya bayu pagi
Pun sekawanan burung Gereja
Kini tak lagi bernyanyi

Waktu kian merambat pasti
Tinggalkan siang yang memancar
Pun pada sekawanan Camar
Terbang menghindari silaunya awan

Waktu kian merambat pasti
Hampiri senja yang kan akhiri masa
Bersapa mimpi yang bermalam-malam
Hadirkan terang bintang gemintang

Namun diakhir peraduanku
Tak sejumput senyumpun menyapaku
Dimanakah gerangan dirimu?
Namamu kini seakan hilang di pelataran langit

Kuciptakan Sajak Ini Untukmu





Kuciptakan sajak ini untukmu
Sajak pengaduan pengembara taman
Kau tahu bunga hati ini masih mengalir jernih cinta
Walau tanpa terasa hanya luka yang kian tercipta
Tapi mengapa bidukmu kini tertambat di lain dermaga

Kuciptakan sajak ini untukmu
Sajak kegundahan perempuan malang
Dalam waktu kini senja kembali menyapa
Namun riuh camar di ufuk barat semakin lekang
Entah di dermaga mana ia singgah kini

Pada ruang kau cipta jalan lapang
Kemudian sebilah pedang panjang
Kau hujam pada setapak jiwa
Hingga darah menitik
Menganga luka kian perih

Kau bagai dalang dalam pewayangan
Cipta cinta Rama dan Shinta
Selipkan bahagia dalam relung jiwa
Kemudian kau tuturkan kesengsaraan
Hingga meronta-ronta bumi bestari

Kau bangun istana termegah
Pada lahan lahan yang gersang
Lalu gedung menjulang
Menimbun petani bersama ladangnya
Melaparkan rasa yang memaksa terus menjelma

Kuciptakan sajak ini untukmu
Sajak pemberontakan bidadari terbuang
Pada rembulan yang terkatung dalam malam
Lihatkah kau tetesan bulir di wajah bintang yang jatuh menimpa bumi
Yang kemudian berkumpul dan menganak sungai dimataku

Kuciptakan sajak ini untukmu
Agar kau tahu, rasa yang kini membelenggu tulang rusukku
Tercipta karenamu.
Maka terimalah sajak ini
Karena sajak ini kucipta hanya untukmu

Telaga Hati



Ku tengok waktu yang menyapa malam
Kemudian pada ruang ku rasa sunyi sepi
Bulan kaku bisu dibalik awan hitam
Bintang gemintang saling bertatap, kelu..

Tarian bayu melaju menusuk kalbu
Mengibas sukma yang masih melara
Lalu nyanyian jangkrik raja kelam
Membuai ruh-ruh penjaga malam

Pasir pantai bergerak-gerak
Menuntun jejak timbunan batu karang
Meninggalkan mercusuar karam
Menjajaki lembah tak bertuan

Di balik pekatnya pepohonan
Ku mematri diri dalam bayang
Persis seperti menara yang kesepian
Tak goyah di telan malam

Di antara ribuan bisikan ilalang
Ku dengar telaga sunyi tawarkan kedamaian
Biarlah ku rebahkan diri yang melarung resah
Pun kan kutenggelamkan kepala di dada telaga yang begitu lapang

Hingga ku merasa tenang ,
dan kedamaian menyusup ke seluruh nadi
Saat itulah aku kan berhenti dari pendakian tinggi yang melelahkan
Dan ku biarkan raga mematung diri dalam damainya telaga hati


Selasa, 01 September 2009

'IQRO'




Dalam pekatnya dingin malam
Ku coba lantunkan melodi indah
Melafadzkan irama syahdu aksara
Getarkan sukma rongga jiwa

Alunan merdu menyayat kalbu
Saat getaran firman dan sabda merasuk di dada
Perlahan air mata menetes bagai embun
Membasahi hati yang hampir mati

Getaran pertama yang menggema
'IQRO'..jelas terbaca, menggetarkan angkasa
Tersungkur aku dalam memahaminya
Baik kata yang menggoda para pujangga

Beribu peluh luruhkan noda
Kala agungkan sembilanpuluhsembilan asma
Semua meresap, menyatu bersama aliran darah
Inikah sesungguhnya nada pelipur lara ?

Masih terpana pada kuasaNya
Sukma bergetar dan semakin terkapar
Setitik pemahaman menuntunku padaNya
Tuk tetap melantunkan nada terindah. DariNya