Minggu, 17 April 2011

Tapi Kau

1#

Kau adalah seringai senja

Karnamu aku menuju ke barat

Berharap akan adanya penyatuan

Menjadi janin-janin cahaya


Tapi laut mengalihkan pandanganmu

Hingga kau terhisap gelap

Mengkhianati pertemuan

Dan tertutup bayang-bayang bintang


2#

Kau bukan haram

Yang harus aku hindari

Tapi kau menjadi candu

Dan aku harus menjauh darimu


Aku pergi saja ke timur

Meninggalkanmu dan tangisku disana

Tapi kau menjelma pagi

Lalu kemana lagi aku harus pergi?


Arimbi_

Rotasi

Aku masih disini

Disini menunggu bintang

Bintang senja di barat


Barat atau timur?

Timur melambai syahdu

Syahdu pada irama jiwa


Jiwa terkoyak bimbang

Bimbang mencukil asa

Asa merintih, terasing


Terasing di ruang kosong

Kosong memenjara lara

Lara mengajarkan nada


Nada burung camar

Camar terbang berpulang

Berpulang sampai kebarat


Barat atau timur?


;aku berhenti bertanya,

sejenak terdiam,dan kulanjutkan langkah. Sekarang aku tahu bahwa bumi itu berputar.


_Arimbi_

Kaulah Cinta

Ada hatiku dihatimu dalam satu bingkai yang serupa kuncup mawar di setaman harapan kita. Sayang, hiasilah dengan senyum dan harumnya yang membawa kita kepada kebahagaiaan. Kau mewakilli segala keindahan yang memancar. Kaulah keindahan maka kaulah cinta.

Aku menginginkan kebebasan, maka jadikan aku sebagai tawanan cinta. Aku menginginkan kegembiraan, maka kubuka hatiku bagi penderitaan cinta. Sayang, kau menyadarkanku bahwa hati yang bebas dari sakit cinta bukanlah hati sama sekali. Tubuh yang kehilangan cinta tak lain dari segumpal tanah dan air.

Jangan akhiri sayang, kaulah satu-satunya kecerlangan. Tetaplah merebak hingga terbuka mahkota kesturi dari kehangatan dan pesona. Kehangatan yang manis, manis seperti senja kehidupan yang penuh kegembiraan sang camar.

Seperti kau, cinta tak memberikan waktu untuk sudut-sudut sepi. Pada pagi menetes, siang menyala dan malam berkerlip, kau menjadi untaian doa yang tak pernah putus.

_Arimbi_

Selasa, 12 April 2011

Janji Pagi

Sebelum aku tutup malam ini dengan doa

Ku biarkan mataku mengkacakan diri

Agar dapat kutembus masa lalu

Disaat seluruh tanganku mengepal


Entah apa yang kugenggam erat

Belum mampu aku melihat jelas

Hanya kudengar mereka bilang

“wes ditulung koq malah menthung?!”


Praaaaaaaang…

Kaca pecah. Dan meleleh berselancar diantara rona pipi

Yang sekejap berubah menjadi pusat pasi


Tuhan, apakah ada cara mengubah air tuba menjadi madu?


Namun malam ini belum berakhir

Aku masih punya kedua tanganku

Kubiarkan mereka membuka jari-jemarinya

Menggoreskan tinta pada halaman penutup


Dengan doa,

;semoga pagi akan selalu menepati janji, untuk menyapa membuka hari



arimbi